Tuesday, April 24, 2018

Pengalaman Mengikuti seleksi ODP Bank Mandiri Maret 2018


Selamat datang diblog saya rekan-rekan semua. Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk mampir ke blog ini. Setelah lama tidak menulis blog, akhirnya saya mencoba untuk menulis blog lagi. Kali ini, saya ingin sekedar berbagi pengalaman yang saya miliki di dalam mengikuti seleksi Officer Development Program dari salah satu bank terbesar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri. Siapa sih yang tidak mengenal Bank Mandiri? Meskipun Bank Mandiri berdiri pada 2 Oktober 1998, namun Bank ini dengan secepat kilat menjelma menjadi salah satu bank terbaik dan terbesar di Indonesia.
Pada Januari 2018, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari program Management Trainee Bank Danamon. Program Management Trainee yang saya ambil adalah Sales and Distribution Development Program atau biasa disingkat dengan SNDDP. Program ini sangat banyak membantu saya di dalam mendalami dunia perbankan karena seperti kita ketahui bersama Bank Danamon memang Bank yang berpengalaman dan memang juara dalam mendidik calon-calon banker pemula. Saya mengibaratkan Bank Danamon sebagai universitas nya para banker muda. Sejauh ini, keputusan saya tidak mengikuti undangan tahap akhir seleksi Bank Indonesia, yaitu wawancara user Bank Indonesia dan lebih memilih bergabung dengan Bank Danamon tidak saya sesali. Pada kesempatan ini, saya juga meminta maaf kepada sekitar 80 ribu peserta seleksi Bank Indonesia tahun 2017 yang memang memiliki cita-cita bekerja di Bank Indonesia namun saya yang sudah sampai tahap final malah mengundurkan diri. Bayangkan, dari 82 ribu peserta yang lolos administrasi tersisa hanya sekitar 2 ribu peserta saja yang lolos ke tahap wawancara user Bank Indonesia.
Oke, Lanjut. Setelah saya resign, saya mencoba melamar ODP di Bank Mandiri. Melalui apa ? Melalui website. Banyak yang penasaran bahwa apakah dengan apply di website/ situs Bank Mandiri akan dipanggil?  Menurut pengalaman saya, ya , saya dipanggil untuk seleksi.  Bank Mandiri selalu membuka lowongan dari tanggal 1-10 setiap bulannya, namun biasanya proses menunggunya lama. Saya sendiri melamar Februari (job fair UI) dan Maret (Jobfair UPH) dan Puji Tuhan saya dapat dua kali undangan SHL secara bersamaan pada tanggal 16 Maret 2018. Secara logika sederhana, berarti CV saya diminati oleh pihak Bank Mandiri karena baik via Job fair UI maupun UPH saya lolos. Memang , waktu yang akan kita terima dari pendaftaran via website dengan undangan SHL berbeda-beda, Bahkan ada yang daftar nya November 2017 dan baru mendapat panggilan di Januari 2018. Saran saya, jangan terlalu fokus hanya untuk menunggu. Selagi menunggu, gunakan waktu yang ada untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan latihan soal psikologi dan wawancara. Sisanya, kita berdoa dan berserah.
Setelah lolos seleksi CV via website, Kita akan menerima email undangan untuk mengerjakan soal psikologi via SHL. Puji Tuhan, saya pernah mengikuti ujian SHL sebelumnya, yaitu ketika mendapat panggilan seleksi CIMB Niaga Program The Complete Banker, Program flighship-nya CIMB Niaga. Meskipun saya gagal ketika seleksi CIMB Niaga, namun saya mendapatkan pengalaman dan pengalaman inilah yang mengantarkan saya lolos ODP Bank Mandiri. Saya ingat film Robin Hood, yang kurang lebih berkata kalau jatuh bangkit lagi dan lagi sampai anak domba menjadi seekor singa. Kalau kalah ya jangan mewek mulu, segera move on, lakukan evaluasi kesalahan, dan bersiap untuk tantangan selanjutnya. Mungkin kelebihan ini saya peroleh ketika saya kuliah, ketika saya kuliah saya aktif dalam perlombaan baik karya tulis ilmiah maupun lomba debat ilmiah tingkat nasional. Dibalik kemenangan saya, saya sudah berkali-kali kalah dari mahasiswa-mahasiswa terbaik di  luar sana. Mental.
Setelah tanggal 23 Maret test SHL, Puji Tuhan saya mendapat undangan wawancara final interview pada tanggal 06 April 2018 di Plaza Mandiri. Di tengah rintik hujan di subuh pagi hari yang sangat memancing mata untuk tetap lelap di tempat tidur, saya harus bangun dan berangkat dengan bis Galaxy Bekasi jam 5 Pagi dan sampai di Komdak sekitar jam 6. Pada saat itu, saya juga memberanikan diri untuk hadir ke final interview tidak menggunakan jas dan hanya saya satu-satunya peserta pria yang tidak menggunakan jas hahahaha. Ada sekitar 10 peserta yang diundang dan hadir untuk jadwal interview pada Hari Jumat sedangkan kata teman-teman di hari kamis ada sekitar 20an peserta. Bhuset, dari ribuan pendaftar kasarannya hanya ada sekitar 40an yang dipanggil untuk final interview? Luar biasa. Sebelum memulai test, ada sedikit arahan dari pihak tim penyeleksinya. Ada dua kegiatan seleksi yang dilakukan yaitu test SHL dan Interview dengan 3 orang user sekaligus. Saya kebagian untuk tes SHL dahulu. Kenapa dilakukan tes SHL ulang? Karena meskipun sudah dilakukan tes SHL dikhawatirkan bahwa tes itu di-jocky sama orang lain sehingga dengan real test tersebut maka hasil SHL diharapkan lebih valid. Pada tahap ini selain diwajibkan memaki jas, juga harus membawa laptop. Nah, kalau untuk laptop saya bawa, untuk jas? Masa saya gandeng-gandeng jas di Bis umum? hahahaha. Tidak usah khawatir, real time SHL nya hanya soal bahasa dan matematika ekonomi selama kurang lebih 25 menit. Jumlah soalnya lebih sedikit daripada ketika test SHL yang pertama dan tidak ada tes kepribadiannya lagi.
Setelah tes real time SHL, saya langsung ke wawancara user dengan tiga user sekaligus. Gugup? Tentu. Takut? Tidak. Pada awalnya, saya ditanya dengan menggunakan bahasa inggris. Puji Tuhan, seminggu sebelumnya, saya ikut wawancara user pada PT Isuzu untuk bagian Finance dan saya disuruh menggunakan bahasa inggis juga. Dan sekali lagi, meskipun saya kalah pada tahap seleksi di PT Isuzu namun, saya mendapatkan pengalaman bagaimana wawancara dalam bahasa inggris di dalam wawancara user tersebut. Kisi-kisi pertanyaan? Seputar biodata diri, prestasi terbaik yang diraih, pengetahuan mengenai perbankan, dan karena saya pernah bekerja sebelumnya , maka saya disuruh untuk menceritakan mengenai pengalaman saya selama bekerja, seperti kegiatannya ngapain, prestasi apa saja, dan kenapa keluar dari Danamon. Kebetulan, di hari yang sama ini, saya sebenarnya mendapatkan undangan untuk wawancara user untuk program MT Ifuel Sales Indofood CBP. Saya sebenarnya sangat ingin melanjutkan tahapan dari Indofood CBP karena perjuangan saya juga cukup berat. Di tahap psikologi saja, peserta yang duduk di samping saya, ipk nya 3,9 dan di sampingnya lagi dari lulusan Amerika. Belum lagi perjuangan pada tahap presentasi HRD di mana kami harus menyiapkan materi hanya tempo 1 hari dan mempresentasikannya di HRD. Di tahap ini, ternyata dari sekitar 50 peserta yang lolos administrasi MT Ifuel yang lolos ke tahap presentasi dan wawancara hanya sisa 10 ( 5 untuk MT produksi dan 5 untuk MT sales) dan dari 5 MT sales yang presentasi dan wawancara HRD sisa hanya ada 2 saja, dan saya salah satu nya.  Namun, Di sinilah proses  saya dibentuk, yaitu belajar memilih mana yang priotias. Dan saya memutuskan untuk mereschedule Indofood CBP divisi Noodlle.
Setelah itu, pada hari Senin, Puji Tuhan saya diumumkan lolos untuk tahap MCU di Lab. Kimia Farma Diagnostika Jakarta pada hari Selasa. Peserta yang lolos hanya sekitar 27 peserta yang diundang untuk MCU, baik di Bandung maupun di Jakarta. Pada tahap ini, sebenarnya saya kurang percaya diri karena selama saya menganggur pola hidup dan makan saya berantakan. Dan ternyata terbukti, berat badan saya meningkat drastis, yaitu dari 78 Kg ketika saya banker di Danamon menjadi 87 Kg ketika MCU. Hahahaha. Saya hanya bisa pasrah saja akan hasilnya. Oh ya, pada MCU ini, peserta tidak diwajibkan untuk berpuasa. Namun, berdasarkan pengalaman saya pada tes di Bank Indonesia dan juga abang-abang saya yang sudah berulang kali berpengalaman tes MCU, lebih baik berpuasa kurang lebih sekitar 12 jam dari jadwal MCU. Di sini, pihak yang mengontrol adalah pihak kimia farma jadi urutan peserta yang MCU berdasarkan peraturan kimia farma, yaitu siapa yang pertama datang maka dia yang pertama MCU. Saran saya, cepat-cepat lah datang agar cepat selesai MCU. Saya datang jam 7 pagi dan selesai sekitar jam 9 pagi.
Saya selama seminggu menunggu MCU mencoba untuk mengevaluasi kembali mengenai pola hidup dan makan saya. Jujur, peningkatan berat badan yang drastis ini cukup membuat saya down karena saya khawatir, pertama mengenai pengukuran berat badan ideal menggunakan IMT, tinggi saya hanya 187 jadi idealnya berat badan maksimum 80 kilo. Dan kedua, hasil dari tes darah untuk mengukur diabetes dan kolesterol. Namun, pada tanggal 16 April 2018, Puji Tuhan saya mendapatkan surat elektronik berupa undangan untuk Offering Letter pada tanggal 25. Ternyata jalan Tuhan memang tidak bisa ditebak. Hahahaha. Mungkin, saya bisa lolos MCU karena saya rajin berolahraga 3 x seminggu dan saya tidak banyak makan junk food.
Sekian pengalaman saya dalam test ODP Bank Mandiri periode Maret 2018. Semoga sedikit banyaknya dapat memberikan gambaran bagi rekan-rekan semua. Salam sukses selalu. GBU.

Sunday, May 8, 2016

Rekonstruksi Konsep Pembangunan Ekonomi

 Konsep pembangunan yang selama ini diterapkan di negara berkembang telah menuai berbagai kritik.
Salah satu kritik terhadap konsep pembangunan tersebut adalah penggunaan paradigma dan pendekatan ekonomi yang berlebihan, yaitu konsep pembangunan tersebut mengukur keberhasilan pembangunan hanya dengan indikator-indikator ekonomi secara fisik. Konsep pembangunan ekonomi ini meyakini bahwa dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka akan tercipta trickle down effect dari ekonomi skala besar menuju ekonomi skala kecil (Malik, 2015).
Konsep pembangunan ekonomi yang mengagungkan konsep trickle down effect di Indonesia dimulai semenjak Orde Baru. Pada awalnya, konsep pembangunan ini menuai banyak pujian dari berbagai kalangan, bahkan Bank Dunia (1993) memasukan Indonesia ke dalam delapan negara dengan perekonomian ajaib karena pertumbuhan ekonominya yang tinggi. Namun memiriskan, hanya berselang empat tahun julukan keajaiban tersebut pun hancur pada 1998.
Kekeliruan sudut pandang pembangunan ekonomi ini adalah pembangunan difokuskan pada sektor industri perkotaan dengan harapan peningkatan akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang akan memperbaiki masalah kemiskinan di Indonesia. Pada kenyataannya, pembangunan ini menghasilkan penghisapan (backwash effect), bukan efek tetesan ekonomi (trickle down effect) seperti yang diharapkan. Pembangunan ekonomi seperti ini semakin memarginalkan posisi sektor pertanian di perdesaan.
Pembangunan ekonomi Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari wilayah perdesaan. Meskipun adanya anggapan bahwa pembangunan di perdesaan tidak secara signifikan menyumbang pertumbuhan ekonomi tetapi faktanya 62,6% penduduk yang berstatus penduduk miskin berada di wilayah perdesaan hingga September 2015.
Oleh karena itu, pembangunan di Indonesia baru bisa dikatakan berhasil apabila pembangunan telah menjangkau sebagian besar penduduk di perdesaan tersebut sehingga masyarakat perdesaan dapat melakukan mobilitas sosial-ekonomi (Yustika, 2015). Pembangunan ekonomi di perdesaan sebenarnya dapat dikembangkan dengan menghidupkan BUMDes di desadesa Indonesia.
BUMDes dapat melawan tengkulak-tengkulak yang selama ini menghisap para masyarakat desa sehingga masyarakat desa sulit keluar dari rantai kemiskinan. Peningkatan kemiskinan harusnya menjadi lampu kuning bagi pengambil kebijakan karena kemiskinan, itu pun pada dasarnya menggambarkan keterbelakangan, keterpurukan, ketertinggalan, dan ketidakberdayaan (Khomsan dkk, 2015).
Kemiskinan ini juga mencerminkan kegagalan dan kerapuhan konsep pembangunan ekonomi Indonesia selama ini (Arifin, 2015). ”The ideas of economists and political philosophers, both when they are right and when they are wrong are more powerful than is commonly understood. Indeed, the world is ruled by little else. Practical men, who believe themselves to be quite exempt from any intellectual influences, are usually slaves of some defunct economist.”
Kalimat tersebut merupakan penggalan dari Jhon Maynard Keynes (1961) yang tertuang dalam bukunya The General Theory of Employment. Potongan kalimat tersebut kiranya dapat menjadi renungan para ekonom pengambil kebijakan saat ini untuk segera tersadar dan rekonstruksi konsep pembangunan ekonomi Indonesia menjadi pembangunan ekonomi berbasis perdesaan.

YOSUA AGUSTIN TRI PUTRA
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro

Tulisan ini masuk dalam Koran Sindo Edisi 3 Mei 2016. Secara Online, Opini ini dilihat di http://www.koran-sindo.com/news.php?r=1&n=3&date=2016-05-03


Monday, May 2, 2016

Kodisi Ekonomi Sektor Pertanian dan Perdesaan di Tahun 2015

 “Kodisi Ekonomi Sektor Pertanian dan Perdesaan di Tahun 2015”

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 mengalami perlambatan. Hasil dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 4, 79 persen dari target APBNP 2015 sebesar 5,7 persen. Hal ini sangat mengecewakan karena realisasi pertumbuhan ekonomi  kurangannya mencapai  1 digit dari target yang diharapkan. Adapun, trend penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2013 sampai dengan 2015 secara berurut adalah sebagai berikut  5,56 (2013), 5,02(2014), dan 4,79 (2015).

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2014 - Triwulan IV-2015 (Persen)



Sumber: BPS(2016)

 Perlambatan laju pertumbuhan juga dialami oleh sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar PDB Indonesia. Pertumbuhan sektor pertanian hanya mampu mencapai 4,02 persen, menurun jika dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang mencapai 4,24 persen.  Perlambatan yang  paling mencolok dapat dilihat pada kuartal IV 2015, dimana laju pertumbuhan pertanian bahkan mencapai -23,34 persen bila dibandingkan kuartal yang sama pada tahun 2014 (q-to- q).

Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Kuartal IV 2015 (persen)

  Sumber: BPS (2016)
Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada tahun 2015 tersebut berdampak  secara tidak lansung berdampak kepada peningkatan jumlah penduduk miskin di perdesaan dari 17,37 juta jiwa pada tahun 2014 menjadi 17, 89 juta jiwa pada tahun 2015 (BPS,2016).Selain tingkat kemiskian penduduk perdesaan, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2015 mempengaruhi Tingkat kesejahterahan petani di awal tahun 2016. Nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator mengukur kesejahterahan petani mengalami penurunan secara beruntut dari  102,55 Januari, 102,23 Februari, dan terakhir 101,32 pada Maret 2016.
Meskipun demikian, sektor Pertanian salah satu sektor strategis pada perekonomian Indonesia. Sektor pertanian pada tahun 2015 masih sektor penyumbang PDB yang besar bagi Indonesia yakni Rp 1.174,5 Triliun dan juga penopang tenaga kerja terbanyak di Indonesia yakni sebanyak 37,75 juta tenaga kerja (BPS,2016). Oleh karena itu, perlu perhatian ekstra terhadap sektor pertanian karena memperhatiakan sektor pertanian sama dengan memperhatian hajat hidup orang banyak di Indonesia.